EVOLUSI ANAK DIDIK MENURUT TEORI NATIVIME, EMPIRISME DAN KONVERGENSI
EVOLUSI ANAK DIDIK MENURUT TEORI NATIVIME, EMPIRISME DAN KONVERGENSI
Telah kita ketahui bersama
bahwasanya dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bisa di ibaratkan seperti mata
uang, yang mana mempunyai dua sisi yang berbeda. Satu sisi sebagai pemberi dan
satu sisi yang lainnya adalah sebagai penerima. Nah dalam kasus ini anak didik
berperan pada sisi yang penerima konsep pendidikan, anak didik juga sebagai
subjek dan objek pendidikan. Alasan yang paling utama mengapa anak didik berada
pada sisi penerima, karna dunia pendidikan menginginkan seorang anak didik
menjadi manusia yang berguna yang bisa membawa perubahan kearah yang lebih baik
lagi.
Untuk mencapai perubahan yang lebih baik seorang anak didik harus
mendapatkan bimbingan dari orang dewasa yang ada di sekitarnya, mengapa? Karna
anak didik adalah orang yang belum dewasa dan ingin menjadi dewasa, semisal
kita ambil contoh anak kandung adalah anak didik dalam keluarga, anak didik
sekolah (siswa) adalah anak didik di sekolah itu sendiri, anak-anak penduduk
adalah anak didik masyarakat sekitarnya, anak didik agama adalah anak didik
yang dalam naungan kerohanian agamanya.[1]
Dari pengertian ini dapat kita tarik benang merah bahwasanya seorang anak didik
untuk menjadi dewasa dan membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi tidak
bisa lepas dari tangan orang dewasa yang
ada di sekitarnya.
Walaupun seorang anak didik dikelilingi oleh orang dewasa yang
membimbingnya menuju kearah perubahan yang lebih baik dan menjadikannya manusia
yang dewasa, ada beberapa faktor juga yang bisa mempengaruhi perkembangan
seorang anak didik ini. Beberapa faktor ini adalah sebuah teori-teori
perkembangan yaitu: Teori Empirisme, Nativisme, dan Konvergensi.
1.
Teori Nativisme
Baiklah pada teori ini berpendapat bahwa kesuksesan peserta didik itu tergantung pada individu masing-masing. Karna
teori ini berpendapat bahwa seorang anak didik sejak dia dilahirkan ke muka
bumi ini oleh ibunya dia sudah membawa bakat atau kecerdasan lainnya, jadi
apabila dia membawa bakat menjadi orang jahat maka kelak dia akan menjadi orang
jahat, begitu juga sebaliknya jika dia mempunyai bakat orang baik maka kelak
dia akan menjadi orang baik. Dalam teori ini lingkungan tidak berpengaruh untuk
membentuk pribadi anak didik, lingkungan hanyalah sebagai perangsang saja atau
sebagai pemancing bagi individu itu sendiri. Tokoh pada teori ini adalah
Schopenhauer.
Teori ini tidak menyimpang dari kenyataan. Contoh seorang anak yang lahir
mirip dengan salah satu dari kedua orang tuanya, dan juga mempunyai bakat yang
diwarisi oleh orang tuanya. Prinsip Teori Nativisme ini adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang
telah terbentuk sejak manusia lahir ke muka bumi, yaitu daya-daya psikologis
dan fisiologis yang bersifat hederiter. Beberapa ahli
Psikologi dan Biologi berpendapat bahwa anak didik pada teori
ini akan sangat sedikit mendapatkan pendidikan, sekali lagi sangat dikit bukan
tidak sama sekali. Mengapa demikian? Karna yang sangat berpengaruh terhadap
evolusi anak didik adalah tergantung pada orang tuanya dan nenek moyangnya yang
mewariskan bakat kepada anak didik itu sendiri. Jadi untuk mengubah kepribadian
anak didik melalui dunia pendidikan sangat sulit sekali[2].
2.
Teori Empirisme
Berbeda dengan teori ini kalau Teori Nativisme evolusi seorang anak didik
di pengaruhi oleh sejak dia dilahirkan, beda lagi dengan Teori Empirisme, pada
teori ini mengatakan bahwa segala evolusi anak didik itu dipengaruhi oleh
lingkungannya atau pendidikan yang dia dapat dari kecil (pendidikan yang baik
maupun pendidikan yang buruk), segala perkembangan anak didik pada teori ini di
tentukan oleh lingkungannya, anak didik yang nakal bisa saja menjadi baik kalau
lingkungan sekitarnya mengajarkan kebaikan. Tokoh pada teori ini adalah John
Locke.
Teori yang dipelopori oleh John Locke ini berpendapat bahwa anak didik
itu dan manusia secara universalnya saat dilahirkan itu ibaratkan kertas putih,
bersih (Teori Tabularasa) yang belum ada warnanya sama sekali, jadi yang
mewarnai anak didik ini adalah dunia pendidikan dan juga lingkungan sekitarnya.
Setelah membaca pendapat pelopornya tadi, dengan 100% bisa kita tarik benang
merah bahwa Teori Empirisme ini sangat berlawanan (berbeda) dengan Teori
Nativisme yang mengatakan bahwa dunia pendidikan atau lingkungan sekitar kurang
berpengaruh terhadap evolusi anak didik.
3.
Teori Konvergensi
Kali ini pada Teori Konvergensi, teori ini penggabungan dari dua teori tadi
(Nativisme dan Empirisme) jadi pada teori ini mendukung semua teori yang ada.
Anak didik memang ketika di lahirkan sudah mempunyai bakat yang diwarisi oleh
orang tuanya tapi bagaimana bisa bakat itu bisa berkembang dengan baik kalau
tidak didukung dengan pendidikan/lingkungan sekitar[3]. Pelopor
pada teori ini adalah Wiliam Stem, beliau mengatakan bahwa teori ini sebagai
penyempurna Nativisme dan Empirisme karna bagaimana bisa evolusi anak didik
bisa berkembang dengan baik kalau kedua teori tadi tidak mendukung. Contoh
seorang anak didik yang mempunyai bakat bermain Badminton dari lahir namun
lingkungannya tidak mendukung untuk bermain Badminton maka dengan demikian
kecil kemungkinan bakat yang dia miliki itu bisa berkembang sesuai harapan,
begitu juga sebaliknya seorang anak didik yang mempunyai tidak bakat dalam
bermain Badminton sejak lahir namun dia hidup pada lingkungan yang mendukung untuk
dia bermain Badminton maka bisa kita pastikan anak didik ini bisa berevolusi
sesuai dengan harapan.
Jadi Teori Nativisme dan Empirisme saling membutuhkan satu sama lain, atau
bisa kita katakan kedua teori itu saling melengkapi. Hanya saja Wiliam Stem
tidak mengatakan seberapa besar pengaruh Nativisme pada evolusi anak dan
seberapa besar pengaruh Empirisme pada evolusi anak. Namun pada intinya bisa
kita tarik benang merah bahwa Teori Konvergensi ini adalah teori yang
menggambungkan antara Teori Nativisme dan Teori Empirisme. Kedua-duanya
sama-sama di butuhkan pada perkembangan (evolusi) anak didik supaya bisa
membawa perubahan yang sesuai harapan.
[1] Sitti Nadirah, Anak Didik Perspektif Nativisme, Empirisme, Dan
Konvergensi Jurnal Lenter Pendidikan , Vol.16 No.2 Desember 2013 Hlm.
188-195
[2] Musdalifah, Peserta Didik dalam
Pandangan Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi, Jurnal Idaarah, Vol. Ii,
No. 2, Desember 2018, hlm. 243-251
[3] Darmi, Aliran-Aliran Yang Mempengaruhi Kurikulum Pendidikan,Jurnal
At-Ta’dib Vol. 5 No. 1 April-September 2013 hlm. 1-124
Comments
Post a Comment