CONTOH MAKALAH PANDANGAN FILSAFAT ISLAM TERHADAP MANUSIA, MASYARAKAT, dan LINGKUNGAN


MAKALAH
PANDANGAN FILSAFAT ISLAM TERHADAP MANUSIA, MASYARAKAT, dan LINGKUNGAN
Dosen Pengampu: Ust. Bidari, M.Pd.I











Disusun Oleh :
Muhammad Rofiqi Aziz
Patur Alparizi

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN
SUMENEP MADURA JAWA TIMUR
TAHUN 2018 / 2019










BAB I

 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada abad ke XX ada suatu persoalan yang sangat besar didunia Pendidkan yang mana persoalan ini menyangkut kepada inovasi dan juga menyangkut eksprimentasi, akan tetapi ada nya permasalahan ini tidak di dievaluasi secara baik, mekipun itu dievaluasi dalam hal tujuan, sasaran, dan juga kebutuhan-kebutuhan nyata.[1] Charles Silbermen mencatat bahwa “pendidikan untuk saat ini atau untuk sekarang ini telah lama mederita dikarnakan terlalu banyaknya suatu jawaban-jawaban dan terlalu sedikitnya pertanyaan-pertanyaan yang ada”.[2] Dan untuk saat ini para tenaga pendidik terlalu disibukkan dengan bagaimana menciptakan atau pun menerapkan suatu metodologi baru, dan mana seringkali metodologi ini kebanyakan tidak sanggup bertanya apakah usia dua tahun yang pintar Matematika itu memang berguna atau pun tidak[3]. Pada abad  ini terdapat sesuatu hal yang sangat mendesak untuk menyiapkan generasi baru pendidik yang profesional yang mana pendidik ini sanggup untuk mengupas atau pun mengkaji sesuatu yang seputar pemikiran tentang tujuan dan mengapa mereka melakukan hal itu. Ada juga yang mengatakan untuk saat ini perlu dilakukannya suatu pelatihan atau kajian-kajian yang membahas tentang sejarah, filsafat, dan juga kesusastraan pendidikan, yang mana hal ini dapat membantu tenaga pendidik untuk bisa mendidik dengan profesional. Namun hal ini terabaikan dalam dunia pendidikan profesional kita[4]. Nah maka dari itu disini lah peran filsafat pendidika berlaku, tugas filsafat disini adalah mengantarkan atau pun menjadi penyambung para guru, kepala sekolah, para pembimbing, para ahli kurikulum kepada suatu kontak langsung dengan pertanyaan-pertanyaan besar yang mendasari tujuan hidup dan tujuan pendidikan. Singkat kata, alasan mengapa kita harus mempelajari filsafat pendidikan adalah untuk membantu para pendidik supaya lebih mudah untuk memecahkan masalah dalam dunia pendidikan, supaya para tenaga pendidik bisa mengevaluasi secara baik dan bisa memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan yang ada,supaya bisa membimbing tenaga pendidik dan juga yang di didik suatu sudut pandang yang konsisten[5].
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pandangan filsafat pendidikan islam terhadap manusia?
2.      Apa pandangan filsafat pendidikan islam terhadap masyarakat?
3.      Apa pandangan filsafat pendidikan islam terhadap lingkungan?
C.     Tujuan Pembahasan
1        Mahasiswa bisa mengetahui pandangan filsafat pendidikan islam terhadap manusia
2        Mahasiswa bisa mengetahui pandangan filsafat pendidikan islam terhadap masyarakat
3        Mahasiswa bisa mengetahui pandangan filsafat pendidikan islam terhadap lingkungan







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pandangan filsafat pendidikan islam terhadap manusia
Sebelum kami membahas tentang pandangan filsafat pendidikan islam tehadap manusia, kami akan membahas dulu apa itu filsafat, pendidikan, dan islam. Filsafat adalah suatu kata yng berasal dari bahasa yunani yaitu philo dan shopia, philo artinya cinta sedangkan shopia artinya kebijaksanaan, namun shopia tidak mesti berarti kebijaksanaan melainkan juga dapat di artikan kebenaran yang utama dan juga pengetahuan yang luas dan mendalam[6]. Sedangkan pendidikan adalah suatu proses yang membuat orang dari yang tidak tahu menjadi tahu, namun ada juga yang mengartikan pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Sedang kan arti islam adalah agama yang benar dari allah yang di turun kan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui malaikat Jibril dan Al quran sebagai buktinya.
Ada beberapa pendapat para toko mengenai pandangan filsafat dan pandangan islam ini mengenai manusia yaitu:
1.      Schopenhauer
Schopenhauer adalah seorang filsuf asal jerman. Pada dasarnya manusia adalah sesuatu kehendak yang but, yang tidak disadari atau pun tidak rasional. Pendapat ini didasarkan atas apa yang telah ditemukan dalam masa-masa yang telah lampau yang mana pada masa sejarah atau masa lampau banyak sekali kejadian-kejadian besar, semisalnya yaitu kejadian perang, nah hal ini didalam pandangan filsafat adalah bukan terjadi karna pikiran-pikiran pelakunya melainkan hal ini terjadi karna ungkapan emosional yang dilakukan oleh pelaku perang tersebut.[7]

2.      Plato
Menurut Plato seorang ahli filsafat manusia adalah jiwa itu sendiri, jadi yang dinamakan jiwa itu adalah manusia itu sendiri. Sedangkan badan menurut Plato adalah sesuatu yang digunakan atau pun sesuatu yang berguna yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari dan juga badan adalah sesuatu untuk menyempurnakan manusia selagi masih hidup didunia.[8] Dari pendapat Plato ini dapat kita ambil suatu kesimpulan adalah manusia menurut filsafat adalah jiwa itu sendiri dan badan ini adalah sebagai penyempurnaan jiwa selagi masih hidup.
3.      Al Farabi
Menurut Al Farabi manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah terakhir dan juga makhluk yang paling sempurna dibandindingkan dengan makhluk lain. Dan manusia ini juga terdapat dua unsur atau pun dua komponen yang melengkapi manusia itu sendiri, yaitu jasad dan jiwa. Jasad adalah sesuatu yang terjadi karna alam ciptaan sedang kan jiwa berasal dari alam perintah. Berdasal kan dua komponen yang melengkapi manusia itu maka jiwa lah yang berperan sangat penting. Mengapa jiwa lebih penting dari pada jasad, jawabannya adalah karna jiwa lah yang membuat akhlak manusia dan juga pikiran manusia.[9]
4.      Ibnu Sina
Sama hal nya dengan pendapat Al Farabi mengenai apa itu manusia, Ibnu sina juga berpendapat bahwa manusia itu terbentuk dari dua unsur yaitu jiwa dan jasad. Menurut Ibnu Sina jiwa tidak bisa berubah sedangkan jasad bisa berubah. Dari pendapat ini banyak filsafat islam yang membahasa tentang jiwa bukan tentang manusia, karna apabila jasad telah berpisah dengan jiwa maka akan ada halnya ke fanahan[10].
5.      Al Ghazali
Sama hal nya dengan Al Farabih dan Ibnu Sina bahwa manusia itu terdiri dari dua unsur yaitu jasan dan roh atau jiwa. Dengan jasad manusia bisa bergerak, berwatak, dan juga berlaku hal yang tidak baik atau pun sesuatu perbuatan yang melanggar hukum tuhan. Sedangkan jiwa atau roh manusia bisa berpikir, mengingat, mengetahui dan apa pun itu yang berkaitan dengan jiwa. Unsur ini lah yang menggerak kan jasad, unsur ini juga disebut sebagai hal yang gaib.
6.      Ibnu Thufail
Sama hal nya dengan yang lain berpendapat tentang apa itu manusia. Dia juga berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang tertinggi di muka bumi ini. Ia menjelas kan bahwa kehidupan ini berhubungan dengan tuhan, menurutnya jiwa ini mempunyai tiga tingkatan yaitu:
a.       Jiwa apabila telah mengenal tuhannya namun dia belum mengalami kematiaan dan dia selalu ingat kepada kebesaran tuhannya, maka jiwa ini akan mengalami berbagai kelezatan dan juga kenikmatan
b.      Jiwa yang telah mengenal tuhannya tapi dia juga telah melupakan tuhannya karna seringkali jiwa ini melalakukan kemaksiatan, maka jiwa ini akan hidup dalam kesusahan dan kesengsaraan
c.       Jiwa yang tidak perna mengenal tuhan nya dan tidak berusaha untuk mengenal maka jiwa ini apabila ia mati ia akan seperti hewan yang melata[11]
7.      Ibnu Rusydi
Lain hal nya dengan pendapat Ibnu Rusydi ini, dia berbeda pendapat dengan para ahli filsafat islam lainnya. Dia lebih sama pendapatnya dengan pendapat ahli filsafat barat yaitu Aristoteles. Yang mana manusia itu terdiri dari dua unsur yaitu jasad atau materi dan jiwa atau formal. Ibnu Rusydi berpendapat jiwa adalah hal yang membedakan tentang hal kesempurnaan, dan kesempurnaan yang pertama. Namun ada satu pendapat dengan yang lain Ibnu Rusydi juga tidak terlalu membahas tentang jasad melainkan membahas tentang jiwa. Menurutnya jasad menganggap bahwa jiwa kesempurnaan yang paling utama yang bisa membuat hidup ini berharga dan berpungsi sempurna[12].
B.     Pandangan filsafat islam tehadap masyarakat
Ada beberapa tokoh filsuf yang mengutarakan pemikirannya tentang apa itu masyarakat. Baik itu dari filsuf barat maupun dari filsuf islam. Para tokoh tersebut adalah:
1.      Plato
Tokoh filsuf ini berpendapat dia tidak membedakan antar negara dan masyarakat. Negara adalah suatu gabungan dari individu-individu yang mana individu ini jika sudah banyak maka disebut masyarakat, dan apabila masyarakat ini juga banyak disuatu empat maka masyarakat ini disebut sebagai sebuah komponen yang ada di suatu negara. Maka dari ini Plato mengatakan bahwa negara itu sama dengan masyarakat.[13] Disuatu negara atau pun masyakat harus ada penggabungan sistem yaitu monarki dan demokrasi. Dan apabila sistim ini tidak digabungkan maka ada banyak pihak yang dirugikan, misalnya disuatu negara atau masyarakat itu sistem monarki yang berlaku maka akan banyak orang yang didholimi, dan apabila sistem yang digunakan demokrasi maka akan banyak kebebasan, nah! Maka dari itu harus adanya penggabungan sistem. Dari pendapat Plato ini dapat kita simpulkan bahwa masyarakat sangan berperan penting dalam bermasyarakat atau bernegara, meskipun ada suatu hukum yang mengikat masyarakat tersebut. Masyarakat juga terdiri dari orang yang penting dalam menjalan kan kebijakan negara.
2.      Aristoteles
Lain halnya dengan Aristoteles yang memahami tentang masyarakat atau negara. Salah satu penyebab berbedanya pendapat ini adalah karna Aristoteles hidup dikemewahan yang ditak lepas dari keduniawian. Sedang kan Plato yang tidak meninggalkan aspek duniawi, dari ini lah pendapat para filsuf ini berbeda. Menurut Aristoteles negara adalah suatu kumpulan yang terdiri dari masyarakat yang banyak sedangkan masyarakat adalah suatu kelompok yang terdiri dari keluarga-keluarga.[14] Aristoteles ini sendiri adalah muridnya Palto. Dimana pemikiran Aristoteles bersifat sistematis yang berbeda dengan pendahulunya. Salah satu contohnya adalah pendapatnya yang sistematis adalah pendapatnya tentang masyarakat dan negara.

3.      Pandangan islam tentang masyarakat
Ummah (masyarakat) adalah suatu kumpulan manusia yang melakukan intraksi yang mana intraksi ini terikat oleh sesuatu misalnya agama, kebudayaan, lingkungan, dan lain sebagainya. Dalam mencapai tujuan tertentu.[15] Dalam pengertian ini dapat kita ketahui bahwa harus ada suatu ikatan yang bisa mengatur manusia dalam bermasyarakat, dan ikata ini lah yang bisa mengkontrol kehidupan manusia. Iakatan ini menurut pandangan islam sangat lah penting agar manusia menjadi bagian kecil dalam masyarakat supaya bisa saling menghormati dan salaing toleransi supaya tercapainya tujuan bersama yang sesuai dengan Al Quran dan Hadist Rosulullah.
Dan didalam suatu masyarakat sangat memerlukan hukum, supaya hukum ini bisa mengatus kehidupan bermasyarakat. Hukum itu sendiri mempunyai saksi bagi siapa saja yang melanggarnya atau pun meremehkan nya, baik itu hukum dari langit (wahyu) atau pun hukum yang dibuat sendiri oleh manusia. Oleh karna itu Allah menurunkat Rosul untuk membantu manusia atau pun masyarakat supaya tidak melanggar hukum.[16] Allah berfirman: “sesunggunya kami telah mengutus rosul-rosul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turun kan bersama mereka kitab dan nerac (keadilan) supaya manusia dapat melakukan keadilan” (Al-Hadid:25)
Maka sangat berbeda tentang masyarakat menurut pandangan filsuf dan islam. Masyarakat didalam islam diatur oleh kitab suci Al-Quran supaya antara individu dan individu yang lain atau pun masyarakat bisa menjalan kehidupannya dengan baik.
C.     Pandangan Filsafat Islam Terhadap Lingkungan
Lingkungan juga bisa disebut Alam, karna lingkungan tidak lepas dari alam. Banyak juga orang yang mengatakan bahwa perilaku seseorang dapat dipengaruh juga oleh lingkungan atau pun alam, apabila alam sekitarnya atau pun pergaulannya baik maka orang itu juga akan baik namun sebaliknya apabila alamnya buruk atau pergaulannya buruk maka orang itu juga akan buruk.
Dalam ilmu filsafat islam alam adalah suatu bentuk atau perujudan tuhan dalam kehidupan ini,  dan alam atau lingkungan adalah bukti akan kebesaran tuhan dan juga ayat-ayatnya. Alam semesta ini tidak bisa dilihat langsung oleh mata manusia karna penglihatan manusia sangat lah terbatas sedangkan alam atau lingkungan ini sangat lah luas semisalnya: bumi, langit, laut gunung, sungai dan lain sebagainya. Nah! Hal ini tidak dapat dijangkau langsung oleh mata manusia yang sangat terbatas penglihatannya, karna semua itu adalah sebuah kebesaran tuhan.[17] Namun alam (lingkungan) tidak hanya sebatas bumi, langit, laut itu saja namun melain kan lebih dari itu, alam juga meliputi makhlu gaib yang tidak bisa dilihat oleh kasat mata. Alam (lingkungan) menurut filsuf islam:
1        Al Farabi
Alam ini terdiri dari dua bagian. Alam yang pertama yaitu alam ini terdapat kepanahan dan perubahan. Sedangkan alam yang kedua adalah alam yang tidak punya unsur kebinasaan alam ini adalah alam yang abadi.[18]
2        Ibnu Sina
Dia berpendapat bahwa alam itu adalah baharu. Mengapa disebut baharu karna alam ini adalah ciptaan bukan kodim. Namun alam ini kodim di sisi zaman namun baharu di sisi zat.[19]
3        Al Ghazali
Beliu menentang keras kalau ada penda[pat para filsuf yang mengatakan bahwa alam ini kodim sebab menurut beliau alam ini adalah baharu karna alam ini adalah yang diciptakan. Mengapa disebut alam ini baharu karna Allah telah mendahuli itu dan juga Allah tidak di ciptakaan namun menciptakan.[20]












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ada beberapa pendapat para filsuf mengenai apa itu manusia: menurut Schopenhauer manusia Pada dasarnya manusia adalah sesuatu kehendak yang but, yang tidak disadari atau pun tidak rasional. Sedangkan menurut Al Farabi manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah terakhir dan juga makhluk yang paling sempurna dibandindingkan dengan makhluk lain. Dan manusia ini juga terdapat dua unsur atau pun dua komponen yang melengkapi manusia itu sendiri, yaitu jasad dan jiwa. Dan pendapat filsuf mengenai masyarakat: Ummah (masyarakat) adalah suatu kumpulan manusia yang melakukan intraksi yang mana intraksi ini terikat oleh sesuatu misalnya agama, kebudayaan, lingkungan, dan lain sebagainya. Dalam mencapai tujuan tertentu.[21] Dalam pengertian ini dapat kita ketahui bahwa harus ada suatu ikatan yang bisa mengatur manusia dalam bermasyarakat, dan ikata ini lah yang bisa mengkontrol kehidupan manusia. Aristoteles negara adalah suatu kumpulan yang terdiri dari masyarakat yang banyak sedangkan masyarakat adalah suatu kelompok yang terdiri dari keluarga-keluarga. Pandangan filsuf tentang alam (lingkungan): Dalam ilmu filsafat islam alam adalah suatu bentuk atau perujudan tuhan dalam kehidupan ini,  dan alam atau lingkungan adalah bukti akan kebesaran tuhan dan juga ayat-ayatnya.






DAFTAR PUSTAKA
Abidin Zainal Filsafat Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat (Bandung: PT Rosdakarya, 2011)
Al Qardhowi Yusuf masyarakat Berbasis Sariat Islam terj. Abdul Salam Masykur (Solo: Intermedia, 2003)
Asy’arie  Musa Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir cet. Ke-2 (Yogyakarta: Lesfi, 2001)
Daudy Ahmad Kuliah Filsafat Islam (jakarta:PT.Bulan Bintang, 1992)
Hadi  Hardono Jatidiri Manusia Berdasarkan Filsafat Organisme Whitehead (yogyakarta: karnisius, 1996)
Knight r George. Filsafat Pendidikan (yogyakarta: Gama Media, 2007)
Maragustam, Filsafat Islam Menuju Pembentukan Karekter Menghadapi Arus Global (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta)
Waris Pengantar Filsafat (Ponorogo: STAIN press Ponorogo, 2014)









[1] George R. Knight Filsafat Pendidikan (yogyakarta: Gama Media, 2007) hlm.1
[2] ibid
[3] Ibid hlm.2
[4] ibid
[5] Ibid hlm. 3
[6] Waris Pengantar Filsafat (Ponorogo: STAIN press Ponorogo, 2014) hlm.2
[7] Zainal Abidin Filsafat Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat (Bandung: PT Rosdakarya, 2011) hlm.12
[8] Hardono Hadi Jatidiri Manusia Berdasarkan Filsafat Organisme Whitehead (yogyakarta: karnisius, 1996) hlm. 32
[9] Ahmad Daudy Kuliah Filsafat Islam (jakarta:PT.Bulan Bintang, 1992) hlm.40-41
[10] Ibid hlm.78
[11] Ibid hlm.151
[12] Ibid hlm.170
[13] Ibid hlm.82
[14] Maragustam, Filsafat Islam Menuju Pembentukan Karekter Menghadapi Arus Global (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta) hlm.82
[15] Ibid hlm.84
[16] Yusuf Al Qardhowi masyarakat Berbasis Sariat Islam terj. Abdul Salam Masykur (Solo: Intermedia, 2003) hlm.14
[17] Musa Asy’arie Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir cet. Ke-2 (Yogyakarta: Lesfi, 2001) hlm.196
[18] Ahmad Daudy Kuliah Filsafat Islam hlm.40
[19] Ibid hlm.77
[20] Ibid hlm.180
[21] Ibid hlm.84

Comments

Popular posts from this blog

Hikmah di Balik COvid-19

Contoh Makalah Bimbingan dan Konseling

PUISI "SANG PENGENDALI"