Posts

Showing posts from September, 2020

PUISI "Jelaskan"

  JELASKAN Kau mengenalnya? Tentu, aku sangat kenal Kami perna mengukir dibatu yang sama Ingat ini? Jelas, itu nuansa baru dalam hidupku Kami tertawa riang dibuatnya Ini? Berantakan, semuanya berantakan Maksudmu? Ukiran, canda tawa, hilang karenanya Lantas kau membencinya? Hahaha sempat, masih ku anggap teman Toh, rasa tidak bisa diatur jatuh dimana Lalu ini? Menyesal, sedikit pun enggan Sangat-sangat bangga Dimana mereka? Peti, tertutup rapat dalam peti Hahaha mengintipnya, yang mana? Rutinitasku! Hahaha pertama Kau tahu? Aku selalu berharap pada-Nya Agar batu itu, kami ukir untuk kedua kalinya

PUISI "Tepat Waktu"

  Tepat Waktu Senyum-senyum indah kan menanti Tangis bahagia tak lama memecah Sujud tersyukur, tangis terisak Harapan nan tulus selalu terdengar Pelukan hangat kan terasa Bukan memaksa hanya berharap Bukan menolak hanya tak tega Malas nan ego mejalar dan berkuasa Bak dipecut, semangat terbakar Mustahil tuk mengganti Demi martabat kuasanya kan runtuh

PUISI "Ku Tak Mampu Menulis"

  KU TAK MAMPU MENULIS Di kaki senja ku menyendiri Berteman tinta dan putihnya kertas Binar mata memandang senja Gemetar tangan tak mampu menulis Mulut terlalu kelu tu menceritakan Putih kertas tak tergores Lagi, lagi dan lagi tangan terlalu kaku Sunyi malam mulai mengintai Bayang-bayangmu perlahan menghilang Ingatan tak mampu menyimpan Sesal hati, terisak tangis Segores pun aku tak mampu Awal mana yang harus ku mulai Kebaikan, ketulusan, kasih dan sayang yang tercurahkan olehmu Tak mampu ku tulis, ku ceritakan apalagi ku balas Angin sepoi sebagai saksi Dari ambang malam perlahan men jemput Mulut kelu hanya mampu berucap Semoga senyum selalu terukir di pipimu Oh ibu

PUISI "KETIKA"

  KETIKA Ketika kata bermetamorfosa menjadi suara Ketika suara bermetamorfosa menjadi nada Ketika nada bermetamorfosa menjadi rayu Ketika rayu menusuk hati Ketika hati tertusuk rayu Ketika rayu menguasai hati Ketika hati dikuasai Ketika hinaan dihiraukan Ketika hinaan menjadi puji Ketika puji menjadi hinaan Ketika dunia menjadi terbalik Ketika siang menjadi malam Ketika malam menjadi siang Ketika logika kalah akan rasa Ketika itu lah ruhmu di kamuflase oleh cinta

PUISI "Uangmu Identitasmu"

  UANGMU IDENTITASMU Siapa aku? Siapa kamu? Dimana aku? Dimana kamu? Apa mau ku? Apa mau mu? Mengapa aku disini? Mengapa kamu disini? Aku tak mengenalmu? Kamu tak mengenalku? Tapi tunggu! Wajah itu, ya aku ingat! wajah itu Ya benar waja h itu, wajahmu, wajahmu tak asing dalam pikirku Tapi tunggu! Wajahmu, aaaah ingatanku mulai terkikis Wajahmu samar, wajahmu asing dalam pikirku Siapa kamu? Siapa aku? Dimana aku? Dimana kamu?   Mengapa aku disini? Mengapa kamu disini? Aku tak mengenalmu? Kamu tak mengenalku? Tapi tunggu! Wajah itu, ya aku ingat! Wajah itu Ya benar wajah itu! Wajahmu, wajahmu tak asing dalam pikirku Ya benar kau, kau yang mempunyai saku tebal Saku yang terisi kertas pengenal Ya ya kamu sahabatku, sekarang aku benar-benar ingat wajahmu itu sahabat