Posts

PUISI "YAKIN"

  YAKIN? Saat kita bertemu Senyap diam beriring kaku Temani hari tiada keluh terlintas harap di pikirku kabar burung mohon menjauh Sisi mana memikatmu? Rayu mana membuat luluh? Bisik mana membuat angkuh?    

PUISI "1920 NO SPACE"

  1920 NO SPACE 2019 awal aksaraku memujamu Kata kita sudah terbagi: aku dan kamu Walau sesaat setidaknya pernah menjadi   Bukan suka rela atau rencana besar Kau memintanya, oh tepatnya memaksa Lewat bait-bait itu ku pinta tuk kembali   Aku dan kamu hanyut terbawa ego Aku memaksa mencari sang pawang Kau dengan cepatnya mencoba keberuntungan   Niat menetukan hasil bukan? Percobaanmu gagal adanya Untung diharap, malang mendekat Aku temukan sang pawang kala itu   “Masih sayang, Cuma bilang kok” ujarmu Lantas saja, sang pawang hilang identitas Benar! Secara sadar aku menitipnya padamu Sempat berkelana, sempat tersesat Namun 1920 No Space Apalah arti ruang dan waktu Jika ibu jari mengetik hal serupa?    

PUISI "LUPA AKAN MAKNA"

LUPA AKAN MAKNA Hari ini untuk kesekian kalinya dari 1928 Yang menyatukan tumpah darah Yang menyatukan bangsa dan bahasa Ya tahun 1928, kita mengaku bertumpah darah satu berbangsa Satu, berbahasa satu, BAHASA INDONESIA Putra-Putri kita bersatu dalam sumpah Berikrar begitu lantang Sungguh bangga ibu pertiwi Tiba masa pertanyaan besar menghadang Dimanakah ruh 1928? Dimanakah persatuan akan tumpah darah, bangsa, dan bahasa? Dikriminasi, rasialisme terjadi dimana-mana Menghina, mengunjing, membenci, mencaci Sumpah pemuda 1928 Kami hapal setiap bait ikrarmu Kami hapal hari perayaanmu Namun sungguh naif, kami kosong akan maknamu    

PUISI "SANDIWARA CINTA"

  SANDIWARA CINTA Siapa aku bagimu? Kau simpan dimana hatiku? Dimana gerangan perasaanku kau gantung? Tingkahmu begitu meyakin jiwa ini Tutur katamu melunak rasaku Manis senyum, sopan berucap Nona, begitu indah sandiwaramu “Ya aku mencintaimu” Ujarmu kala itu Nona, aktor mana panutanmu? Sungguh nyata bak sesungguhnya Mau bagaimana lagi hati sudah terjerat Nona, cukup, jangan kau teruskan Cukup hati ini yang terakhir kau sayat dengan sandiwara indahmu

PUISI "ADA KALANYA"

  ADA KALANYA Ada kalanya telinga asing akan suara Ada kalanya mata asing akan raut Ada kalanya hidung asing akan bau Ada kalanya tangan asing akan bentuk Ada kalanya lidah asing akan rasa Ada kalanya hati lelah berharap Ada kalanya kaki lelah mengejar Ada kalanya hidup lelah berjuang Ada kalanya otak lelah berpikir