Contoh Makalah Bimbingan dan Konseling
MAKALAH
Bentuk-Bentuk
Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah
Dosen pengampu: Ust. Heri Fadli Wahyudi, S. Sos. M.A
Disusun
Oleh :
Patur
Alparizi
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN
SUMENEP MADURA JAWA TIMUR
TAHUN 2019 / 2020
PENDAHULUAN
Pada
zaman yang semakin modern ini, yang mana katanya zaman sekarang ini adalah era
Revolusi 4.0, zaman dimana era Industri Digital menjadi paradigma acuan
kehidupan manusia, semua hal sangat mudah untuk di lakukan dengan Revolusi 4.0
ini, namun walaupun demikian tidak semua hal yang berkaitan dengan Revolusi 4.0
bisa dengan mudah untuk kita. Salah satu contohnya dalam dunia pendidikan,
sudah kita ketahui bersama juga kalau pendidikan merupakan ranah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa tapi, Revolusi 4.0 justru menghambat bagi
masyarakat yang kurang mampu untuk ikut merasakan kemudahan dalam belajar yang
sangat modern ini, bukan karna apa melainkan karna fasilitas sekolah, semua hal
yang berjalan disekolah sangat mahal biayanya dan hal ini lah yang menghambat
masyarakat kelas bawah (miskin). Kita ketahui bersama juga bahwa pendidikan
adalah untuk semua dan tidak memandang kelas ekonomi masyarkatnya, karna di
dalam UUD 1945 sudah di jabarkan mengenai pendidikan untuk semua rakyat yang
ada dalam negara ini.[1]
Nah
dari hal seperti ini lah akan menghambat terjalinnya pendidikan yang baik,
karna hal ini bisa mendatangkan diskriminasai di dunia pendidikan (sekolah)
karna masyarakat miskin merasakan tidak adanya keadilan dalam belajar, kalau
suatu keadilan sudah tidak ada maka hal-hal yang tidak di inginkan terjadi di
sekolah, semisalnya murid melanggar peraturan, terjadinya Bullying, atau
kemungkinan murid yang kurang mampu (miskin) akan jarang sekali sekolah karna
mengingat ekonomi mereka yang rendah dan biaya sekolah yang mahal.
Jadi,
untuk menangani masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan (sekolah) ini
pasti setiap sekolah selalu memfasilitasi lembaga tersebut dengan guru
Bimbingan Konseling (BK), dengan adanya guru BK ini sekolah berharap
masalah-masalah yang ada di sekolah bisa diatasi. Maka dari itu dengan
penulisan makalah ini penulis bertujuan untuk menjabarkan layanan BK apa saja
yang ada disekolah, baik itu Layanan Orientasi, Layanan Konseling Individu,
Layanan Konseling Kelompok, Layanan Konseling Klasikal, Layanan Konseling
Kolaborasi, Layanan Mediasi, Layanan Konsultasi dan Layanan Penguasaan Konten.
PEMBAHASAN
A.
Layanan Orientasi
Sebelum kita membahas layanan
orientasi ini kita harus mengetahui apa itu layanan dan apa itu orientasi
terlebih dahulu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Layanan adalah cara
membantu yang di perlukan oleh orang lain.[2] Menurut
Kamus Ilmiyah Orientasi mempunyai arti hal menjadi pedoman dan peninjauan[3].
Dalam hal layanan orientasi ini bisa bermakna layanan yang dilakukan kepada
siswa yang ada di lembaga pendidikan (sekolah) berkenaan dengan hal yang baru
dan tatapan kearah depan.[4]
Lingkungan yang baru bisa jadi
akan menghambat proses pendidikan karna tidak semua ana didik mampu beradaptasi
dengan lingkungannya dengan cepat, apabila anak didik mengalami kesulitan dalam
beradaptasi dengan lingkungnnya maka bisa jadi hal yang tidak di inginkan bisa
terjadi, dan hal ini bisa saja menghambat proses belajar mengajar yang ada di
sekolah[5].
Maka dari itu untuk menangani hal ini pihak sekolah menfasilitasi sekolah
dengan adanya layanan orientasi untuk mempermudah anak didik dalam beradaptasi
dengan lingkungan barunya dan hal yang menghambat proses belajar mengajar bisa
di tangani.
1.
Isi Layanan Orientasi
Isi dari layanan ini tidak lain adalah
hal-hal yang mengenai suasana baru bagi peserta didik baik itu lingkungan, suasanan
dan lain sebagainya yang menurut anak didik hal yang baru. Hal tersebut ialah:
a.
Pengembangan kegiatan belajar
b.
Pengembangan hubungan sosial
c.
Pengembangan pribadi
d.
Pengembangan kehidupan
beragama
e.
Pengembangan karier
f.
Pengembangan kehidupan
berkeluarga[6]
2.
Tujuan Layanan Orientasi
Tujuan dari layanan ini adalah membantu siswa
untuk beradaptasi dengan situasi yang baru, sehingga siswa bisa memanfaatkan
hal-hal yang baru ini menjadi ilmu pengetahuan yang berguna bagi dirinya dan
orang lain. Lebih di persempit lagi tujuan layanan ini yaitu membantu siswa
dalam memahami hal yang baru yang ia jumpai, membantu siswa dalam pencegahan
melakukan hal-hal yang berdampak merugi dirinya sendiri, membantu siswa
mengembangkan ilmu yang ia miliki di lingkungan yang baru.[7]
B.
Layanan Individu
Layanan ini dilakukan kepada
siswa yang sering melakukan pelanggaran yang ada di lembaga pendidikan
(sekolah), namun dari pada itu harus kita ketahui kembali bahwa siswa yang
sering melanggar tersebut mungkin ada beberapa faktor yang mempengaruhinya
yaitu:
1.
Faktor keluarga
Faktor keluarga juga mempengaruhi siswa dalam
melakukan pelanggaran di sekolah, semisal contoh seorang ibu melarang anaknya
untuk berangkat sekolah karna harus menemani bapaknya yang sedang sakit,
sedangkan kakak sama ibunya harus bekerja supaya bisa membeli obat si bapak,
nah dalam kasus ini dia di perbolehkan oleh ibunya untuk tidak pergi kesekolah
karna harus menjaga bapaknya yang sedang sakit, namun siswa ini di memberikan
surat izin kesekolah dan pihak sekolah pun tidak tahu apa-apa, yang pasti siswa
ini bolos sekolah. Kalau hal ini di biarkan terus maka siswa tersebut lambat
laun akan tidak peduli dengan peraturan yang ada di sekolah.[8]
2.
Faktor Percaya Diri
Pada faktor ini sangat menghambat segala
urusan, terkadang kurangnya percaya diri siswa bisa mengahambat kreativitas
dalam belajarnya. Perasaan yang malu, kurang mampu dan takut di cemoohkan akan
menghambat proses belajar siswa, akibatnya siswa akan minder terhadap sesuatu
yang ia rasa di mampu baginya untuk dilakukan.[9]
3.
Faktor Perasaan yang
Termaginalkan
Faktor ini adalah faktor dimana siswa merasa
dirinya tidak di inginkan dalam kawasan tertentu, semisal siswa yang tidak mau
sekolah lagi karna takut akan ancaman temannya, atau guru yang selalu
menghukumnya atau mungkin dia tidak mempunyai teman yang bisa diajak ngobrol.
Yang ini terjadi karna sering adanya perbedaan antar Suku, Ras, Agama atau bisa
jadi karna Ekonomi keluarga.[10]
4.
Faktor Personal
Nah kalau faktor ini terjadi karna individu
murid sendiri misalnya hilangnya minat belajar atau pun karna murid tersebut
sudah terkena efek dari alkohol.
5.
Faktor yang Berasal dari
Sekolah
Misalnya siswa yang ada masalah di sekolah
namun pihak sekolah yang menangani permasalahan ini tidak konsisten atau tidak
adil, maka hal ini juga menjadi masalah bagi siswa tersebut.
C.
Layanan Kelompok
Pada layanan ini layanan yang
dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling kepada siswa dalam hal kelompok. Jadi
pelaksanaan bimbingan ini dilakukan dengan banyak orang (siswa), dalam
melaksankan bimbingan ini tidak ada hal yang di tutup-tutupi baik itu masalh
individu, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Ada juga yang mengatakan bahwa
bimbingan ini dilakukan secara kelompok untuk mengambil keputusan yang tepat.
Dan bimbingan ini juga berpungsi bagi setiap individu yang ada dalam kelompok
untuk mendapatkan kenyaman baik dalam belajar, sosial maupun karirnya.[11]
1.
Tahap Pelaksanaan Bimbingan
Kelompok
a.
Tahap Pembentukan
Pada tahap pembentukan ini adalah tahap
perkenalan baik itu dari individu pada setiap kelompok, konselor, dan juga
tujuan dan harapan bagi individu yang ada didalamnya.
b.
Tahap Peralihan
Tahap peralihan ini juga di sebut dengan
tahap jembatan antara pertama dan tahap ketiga, pada tahap ini bisa saja
dilakukan dengan mudah dan cepat namun ada kalahnya pada tahap ini individu
yang ada di kelompok tersebut mengalami kesulitan untuk menyeberanginya jadi
disini lah tugas konselor.
c.
Tahap kegiatan
Nah ini lah tahap inti dari layanan kelompok
ini, pada tahap ini banyak sekali yang harus dilakukan jadi tugas dari konselor
adalah memperhatikan dengan seksama aktif namun tidak mengambil alih. Jadi pada
kegiatan tahap ini anggota kelompok menyelesaikan masalah yang dirasakan dalam
kelompok tersebut dengan bimbingan dari konselor.
d.
Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini tidak lagi akan membahas
berapa kali harus melakukan pertemuan antara anggota kelompo, dan yang mengatur
pertemuan bukan lagi konselor melainkan anggotanya sendiri. Hasil dari layanan
ini juga semestinya mendorong anggotanya untuk bisa mencapai tujuan bersama.
Anggota kelompok itu sendiri yang memutuskan untuk kapan berhenti bertemu,
untuk hasil yang telah di capai semoga bisa dijalan kan oleh individu
masih-masing dalam kehidupannya sehari-hari.[12]
D.
Layanan Kolaborasi
Drew mengartikan bahwa
Kolaborasi adalah bangunan yang bersifat indefenden yang mana tidak akan
tercapai tujuannya jika dilakukan secara sendiri. Untuk mencapai tujuan dari
layanan ini harus ada hubungan yang baik, seperti komunikasi, kontra, kordinasi
hal ini sangat penting bagi tercapainya tujuan layanan ini. Kolaborasi yang
efektif juga apabila dilakukan dengan tulus. Dan orang yang tepat melakukan ini
ya tentu saja konselor sekolah, apabila ada kesadaran dalam kepentingan yang
sama maka disaat itu lah terjadinya kolaborasi.
Pada hakikatnya juga
kolaborasi dapat terjadi apa bila ada suatu manfaat (umpan) balik yang
dirasakan oleh kelompok atau kubu tertentu yang melakukan kolaborasi ini.
Layanan Kolaborasi ini pada dasarnya mempunyai tiga domain yaitu, sekolah,
keluarga, dan lembaga masyarakat. Model layanan kolaborasi ini ada dua model
yaitu:
1.
Model Kolaborasi Taylor dan
Adelman
Model Kolaborasi ini bermula pada temuan di
lapangan yaitu:
a.
Tidak terjadi yang baik fungsi
integratif antara para profesional di sekolah: guru, konselor, perawat, tenaga
sosial. Peran semua profesional ini dalam menbantu siswa sering kali tumpang
tindih karna mereka mempunyai kawasannya masing-masing.
b.
Para guru BK sering merasa
teracam oleh orang-orang yang ada dalam lembaga sekolah
2.
Model kolaborasi inklusi
Model ini di pelopori oleh Bremen dan Clark,
pada model terjadi kerja sama antara guru BK dengan guru mata pelajaran
tertentu, pada model ini ada 7 implementasi yang di rekomendasikan yaitu:
a.
Pindah tangan penanganan siswa
dari orang tua ke guru setelah itu kepada konselor
b.
Observasi kelas
c.
Identifikasi permasalahan
d.
Pelaksanan intervensi dalam
kelas
e.
Pelaksanaan intervensi
f.
Pengembangan rencana
g.
Evaluasi dan monitor
intervensi.[13]
E.
Layanan Klasikal
Melalui layanan klasikan ini
guru BK selaku konselor bisa melakukan bimbingan dengan waktu yang efesien.
Bimbingan layanan klasikal adalah bimbingan yang dilakukan kepada sejumlah
peserta didik yang tergabung dalam satu mata pelajaran. Bimibingan layanan
klasikan yang diberikan kepada sejumlah siswa dalam ruangan kelas, layanan ini
merupakan bimbingan yang diberikan kepada peserta didik dalam pencegahan
terjadinya masalah. Layanan ini bersifat pencegahan, pemeliharaan dan
pengembangan.
Layanan ini merupakan kegiatan
yang dilakukan di dalam kelas yang di lakukan oleh konselor kepada siswa yang
terjadwal. Kegiatannya bisa saja dengan curhatan hati siswa atau diskusi
bersama. Layanan Klasikan ini bukan lah kegiatan belajar mengajar (KBM) seperti
biasanya melainkan memberikan informasi kepada peserta didik yang dapat
memberikan pengaruh terhadap tercapainya perkembangan yang optimal seluruh
aspek perkembangan dan tercapainya kemandirian peserta didik. Maka dari itu
bimbingan ini berkaitan erat dengan pengajar di kelas. Bimbingan klasikan ini
merupakan sarana yang memberikan persiapan bagi siswa untuk kehidupannya lebih
lanjut, seperti dalam bidang keluarga, pekerjaan atau pun kesehatan. Layanan
klasikan ini juga menjadi tempat mengembang kan potensi yang ada dalam diri peserta
didik dengan optimal.[14]
F.
Layanan Penguasaan Konten[15]
Pada layanan ini adalah
melakukan bimbingan kepada siswa baik itu secara personal maupun secara
kelompok dalam menguasai kemampuan tertentu dengan cara kegiatan belajar.
Layanan konten ini juga mampu
membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang ia alami, karna pada dasarnya
layanan ini berfokus terhadap kemempuan siswa dalam hal tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari siswa harus mempunyai suatu kemampuan tertentu supaya
hidupnya bisa lebih baik dan berkembang lagi.
1.
Tujuan layanan penguasaan
konten
Dari makna diatas tujuan dari layanan ini
tidak lain adalah supaya setiap individu siswa menguasai kemampuan atau
kompetensi (konten) tertentu secara terintegrasi. Jadi apabila siswa sudah
menguasainya maka dengan tidak langsung sudah menambahkan wawasan dan berharap
supaya bisa berguna bagi siswa itu sendiri dalam menghadapi masalah-masalah
yang dia punya kelak.
2.
Pelaksanaan layanan penguasaan
konten[16]
Pada layanan ini ada enam tahap yang harus
dilakukan yaitu:
a.
Tahap perencanaan
1)
Menetapkan siapa yang harus
dilayani
2)
Menentukan konten apa yang
akan di pelajari
3)
Menetapkan langkah-langkah
kegiatan layanan
4)
Mempersiapkan semua fasilitas
yang di butuhkan
5)
Menyiapkan kelengkapan
administrasi
b.
Tahap pelaksanaan
1)
Menjalankan kegiatan layanan
dengan cara perorganisasian proses pelaksanaan penguasaan konten
2)
Mengimplementasikan dalam
proses belajar
c.
Tahap evaluasi
1)
Menentukan materi evaluasi
2)
Menentukan prosedur evaluasi
3)
Menyusun instrumen dari
evaluasi
4)
Mengamalkan instrumen dari
evaluasi
5)
Mengelolah hasil dari
pengamalan evaluasi
d.
Tahap Analisis hasil evaluasi
1)
Menentukan standar dari
evaluasi
2)
Melakukan analisis
3)
Menafsirkan hasil evaluasi
e.
Tahap tindak lanjut
1)
Menentukan arah dari tindak lanjut
2)
Menginformasikan tindak lanjut
kepada orang-orang terkait
3)
Menjalankan rencana tindak
lanjut
f.
Tahap laporan
1)
Menyusun laporan layanan
2)
Menginformasikan laporan
3)
Mengarsipkan laporan
G.
Layanan Mediasi
Kata mediasi bersal dari kata
media atau dalam bahasa arab yaitu wasilah yang mempunyai arti
perantara. Kalau melihat dari makna kata diatas maka dapat kita tarik benang
merah bahwa arti dari kata mediasi ini yaitu sebagai penghubung. Menghubungkan
hal yang terpisah menjadi terkoneksi lagi, juga memiliki makna menyatukan dua
hal yang berbeda menjadi saling keterkaitan anatara satu dengan yang lainnya.
Dari sini saja bisa kita
ketahui tujuan dari layanan mediasi ini yaitu konselor berupaya menyatukan dua
sisi yang berbeda (siswa) yang tidak mempunyai kecocokan atau mempunyai
masalah.[17]
1.
Tujuan Layanan Mediasi
Secara garis besar tujuan dari layanan ini
yaitu membuat hubungan baik antara klien yang mempunyai permusuhan, namun
apabila kita persempit lagi tujuan dari layanan mediasi ini adalah terjadinya
kondisi atau lingkungan baru yang semulanya bermusuhan menjadi bersahabat,
adanya perbedaan berubah menjadi persamaan, saling menjauh menjadi saling
mendekat, dari saling menyimpan dendam menjadi saling memafkan. Ini lah
tujuan-tujuan dari layanan mediasi ini.
2.
Pelaksanaan layanan mediasi
a.
Perencanaan
1)
Menentukan klien
2)
Mengatur waktu pertemuan
3)
Menentukan fasilitas layanan
4)
Menyiapkan administrasi
b.
Pelaksanaan
1)
Menerima klien
2)
Membuat struktur layanan
3)
Membahas masalah
4)
Menyelenggarakan perubahan
tingkah laku
5)
Membina komitmen klien satu dengan klien yang lainnya
c.
Evaluasi
1)
Evaluasi terhadap pemahaman
baru klien
2)
Evaluasi jangka pendek
3)
Evaluasi jangka panjang
d.
Analisis Hasil Evaluasi
Pada tahap ini yang dilakukan adalah
mengkaikat (menafsirkan) permasalahan denga layanan mediasi
e.
Tindak Lanjut
Menyelenggarakan tindak lanjut layanan
mediasi lanjutan untuk membicarakan dan menetapkan perdamaian
f.
Laporan
1)
Membicarakan laporan
2)
Mendokumentasikan atau
mengarsipkan[18]
H.
Layanan Konsultasi
Pada layanan ini dilakukan
oleh konselor kepada konsulti, pada layanan kosultasi ini ada beberapa pihak
yang tidak boleh hilang didalamnya diantaranya yaitu: konselor, konsulti dan
pihak ketiga. Konselor yaitu orang yang ahli dalam konseling, konsulti adalah
orang yang minta bantu konselor agar dia bisa menangani permasalahannya dengan
pihak ketiga, pihak ketiga adalah orang yang masalahnya di perhitungkan oleh
konsulti.
Kalau di sekolah konsultinya
adalah kepala sekolah maka yang menjadi pihak ketiganya tentu saja adalah guru,
kalau konsultinya adalah orang tua maka pihak ketiganya adalah anaknya, apabila
konsultinya adalah guru maka pihak ketiganya tidak lain dan tidak bukan adalah
muridnya.[19]
KESIMPULAN
Maka setelah selesai penulisan
makalah ini penulis bisa mengumpulkan data bahwa di sekolah ada delapan bentuk
layanan bimbingan konseling yaitu Layanan Orientasi, Layanan Konseling
Individu, Layanan Konseling Kelompok, Layanan Konseling Klasikal, Layanan
Konseling Kolaborasi, Layanan Mediasi, Layanan Konsultasi dan Layanan
Penguasaan Konten. Layanan orientasi yaitu layanan yang dilakukan kepada siswa
yang ada di lembaga pendidikan (sekolah) berkenaan dengan hal yang baru dan
tatapan kearah depan, layanan individu yaitu Layanan ini dilakukan kepada siswa
yang sering melakukan pelanggaran yang ada di lembaga pendidikan (sekolah),
layanan kelompok yaitu Pada layanan ini layanan yang dilakukan oleh guru
Bimbingan Konseling kepada siswa dalam hal kelompok dan tidak ada yang
dirahasiakan di dalamnya, layanan klasikal yaitu Layanan ini merupakan kegiatan
yang dilakukan di dalam kelas yang di lakukan oleh konselor kepada siswa yang
terjadwal, layanan kolaborasi yaitu bangunan yang bersifat indefenden yang mana
tidak akan tercapai tujuannya jika dilakukan secara sendiri. Untuk mencapai
tujuan dari layanan ini harus ada hubungan yang baik, seperti komunikasi,
kontra, kordinasi hal ini sangat penting bagi tercapainya tujuan layanan ini,
layanan mediasi yaitu konselor berupaya menyatukan dua sisi yang berbeda
(siswa) yang tidak mempunyai kecocokan atau mempunyai masalah, layanan
konsultasi yaitu layanan ini dilakukan oleh konselor kepada konsulti, layanan
penguasaan konten yaitu bimbingan kepada siswa baik itu secara personal maupun
secara kelompok dalam menguasai kemampuan tertentu dengan cara kegiatan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Budiamin,
Amin, Mukhtar, dan Syamsu Yusuf. “Program Layanan Bimbingan Klasikal Untuk
Meningkatkan Self-Control Siswa.” Jurnal Psikopedagogia, vol.05 (2016):
1–16.
Chulsum, Umi, dan Windy Novia. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Surabaya: Kashiko, 2006.
Djibran, Moh. Rizki, Meiske Puluhulawa, dan Mohamad
Rizal Pauti. “Layanan Bimbingan Kelompok Dan Pengaruhnya Terhadap Self-Esteem.”
Jurnal Ilmiyah Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan dan Konseling
(2017): 301–310.
Fitri, Laeli Anisa, dan Nova Erlina. “Penggunaan
Layanan Konseling Individu Dengan Pendekatan Behavioral Untuk Mengurangi
Perilaku Membolos Peserta Didik Kelas VIII MTs Miftahul Ulum Merabung III
Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.” Jurnal Bimbingan dan Konseling,
vol.03 (2016): 19–28.
Partanto, Pius A, dan M. Dahlan Al-Barry. Kamus
Ilmiyah Populer. Surabaya: Arloka, 2001.
Saroni, Mohammad. Pendidikan Untuk Orang Miskin:
Membuka Keran Keadilan Dalam Kesempatan Berpendidikan. Cetakan I. Depok,
Sleman, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Sinaga, Juster Donal. “Dari Layanan Konsultasi Ke
Layanan Kolaborasi: Sebuah Model Layanan Tidak Langsung Bimbingan Dan
Konseling.” Konvensi BK ke – XX & Kongres ABKIN ke - XIII (2018):
106–118.
Tohirin. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan
Madrasah (Bebasis Integrasi). Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2013.
[1] Mohammad Saroni, Pendidikan Untuk Orang
Miskin: Membuka Keran Keadilan Dalam Kesempatan Berpendidikan, Cetakan I.
(Depok, Sleman, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 22.
[4] Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah Dan Madrasah (Bebasis Integrasi) (Depok: PT. Rajagrafindo Persada,
2013), 137.
[8] Laeli Anisa Fitri dan Nova Erlina,
“Penggunaan Layanan Konseling
Individu Dengan Pendekatan Behavioral Untuk Mengurangi Perilaku
Membolos Peserta Didik Kelas VIII MTs Miftahul Ulum Merabung III Kecamatan
Pugung Kabupaten Tanggamus,” Jurnal Bimbingan dan Konseling, vol.03
(2016), 22.
[11] Moh. Rizki Djibran et al., “Layanan Bimbingan
Kelompok Dan Pengaruhnya Terhadap Self-Esteem,” Jurnal Ilmiyah Dalam
Implementasi Kurikulum Bimbingan dan Konseling (2017), 303.
[13] Juster Donal Sinaga, “Dari Layanan Konsultasi Ke Layanan Kolaborasi:
Sebuah Model Layanan Tidak Langsung Bimbingan Dan Konseling,” Konvensi BK ke
– XX & Kongres ABKIN ke - XIII (2018), 110–111.
[14] Amin Budiamin et al., “Program Layanan Bimbingan Klasikal Untuk
Meningkatkan Self-Control Siswa,” Jurnal Psikopedagogia, vol.05 (2016),
7–8.
oh...gini toh cara buat makalah yang benar
ReplyDeletekurang lebih begitulah
Delete